BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian yaitu :
1. Konsultasi kepada Bapak Andi Suprihanto, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Islam Sudirman Ambarawa.
2. Mencatat data nama siswa kelas VIII-A dan VIII-B SMP Islam Sudirman Ambarawa yang akan diteliti. Siswa kelas VIII-A yang selanjutnya dijadikan subjek penelitian yang berjumlah 40 siswa sedangkan kelas VIII-B sebagai kelas uji coba berjumlah 40 siswa. Adapun nama-nama siswa tersebut dilampirkan pada lampiran 1 untuk kelas VIII-A dan lampiran 2 untuk kelas VIII-B.
3. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu menentukan materi pelajaran yaitu kubus dan balok serta melakukan penyusunan perangkat tes.
B. Uji Coba Instrumen
1. Pelaksanaan Uji Coba
Pelaksanaan uji coba ini dilakukan pada siswa kelas VIII-B SMP Islam sudirman ambarawa yang berjumlah 40 siswa dengan masing-masing siklus diujikan 20 soal pilihan ganda. Uji coba instrumen Siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 april 2010 pada pukul 07.00-08.30 WIB, sedangkan uji instrumen Siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2010 pada pukul 09.15-10.45 WIB. Adapun nilai uji coba Siklus I dilampirkan pada lampiran 3 dan Siklus II pada lampiran 4.
2. Analisis hasil Uji Coba Instrumen
a. Siklus I
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian Siklus I, soal instrumen diuji cobakan di kelas uji coba. Agar instrumen memiliki syarat-syarat alat ukur hasil belajar yang baik, maka harus memenuhi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang baik.
1). Validitas
Validitas soal dapat tercapai apabila terdapat kesejajaran antara skor butir soal uji coba tersebut dengan skor total. Untuk mengetahui valid tidaknya soal uji coba ini, digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
rXY =
Contoh perhitungan validitas soal nomor 1
N = 40 Y = 515
X = 28 Y2 = 7311
X2 = 28 XY = 408
(X)2 = 784 (Y)2 = 265225
Data ini dihitung dengan rumus product moment sebagai berikut :
rXY =
=
=
=
=
=
= 0,628
Dari perhitungan diperoleh rXY = 0,628 setelah dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5% dan n = 40, maka
rtabel = 0,312. Karena rhitung > rtabel maka instrumen tersebut valid.
. Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir soal, maka didapatkan soal no: 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18 adalah valid dan soal no: 2, 45, 11, 12, dan 20 adalah tidak valid. Analisis validitas butir soal dapat dilihat pada lampiran 5 untuk Siklus I dan lampiran 6 untuk Siklus II.
2). Reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang “tetap”, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek, kemudian diberikan lagi pada subjek yang sama dilain waktu hasilnya relatif sama atau tetap.
Untuk mancari reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus, yaitu:
r11= dengan
Kriteria penafsiran reliabelitas :
Jika 0,000 ≤ r11 < 0,200 : reliabilitas sangat rendah
Jika 0,200 ≤ r11 < 0,400 : reliabilitas rendah
Jika 0,400 ≤ r11 < 0,600 : reliabilitas cukup
Jika 0,600 ≤ r11 < 0,800 : reliabilitas tinggi
Jika 0,800 ≤ r11 < 1,000 : reliabilias sangat tinggi
(Arikunto,2002:75)
Perhitungan reliabilitas dengan rumus KR – 20 sebagai berikut :
N = 40
Y = 515
Y2 = 7311
pq = 4,395
S2 =
=
=
=
=
= 17,445
Data di atas dihitung dengan rumus K – R.20 sebagai berikut :
r11 =
=
=
= 1,052 . 0,748
= 0,787 (Reliabel)
Dari perhitungan diperoleh r11 = 0,787 setelah dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5% dan n = 40 maka didapat
rtabel = 0,312. Karena rhitung > rtabel maka instrumen tersebut reliabel.
Dari analisis reliabilitas pada lampiran 6 diperoleh r11 = 0,787, dikonsultasikan dengan kriteria reliabilitas sola tes, karena harga r11 tersebut terletak pada selang 0,600 ≤ r11 < 0,800 atau 0,600 ≤ 0,787 < 0,800 maka tingkat reliabilitas termasuk kategori tinggi. Analisis reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 6 untuk Siklus I.
3). Tingkat Kesukaran
Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Contoh perhitungan tingkat kesukaran butir soal nomor 1 Siklus I adalah sebagai berikut :
P =
=
= 0,7
Hasil P = 0.6 dikonsultasikan dengan kriteria yang ada, karena P terletak diantara 0.30< P ≤ 0.70 maka soal nomor 1 Siklus I termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang
Dengan cara perhitungan yang sama seperti contoh di atas,maka dapat dikategorikan soal mudah adalah nomor 10 dan 13 dan soal yang dikategorikan soal sedang adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,15, 16 , 18, 19,dan 20. dan soal yang dikategorikan sulit adalah no 14 saja. Analisis tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 8 untuk Siklus I.
4). Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik apabila siswa yang pandai dapat menjawab dengan benar, sehingga dengan semakin besar daya pembeda soal, maka soal tersebut semakin baik, digunakan rumus :
D =
Dimana:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya pesetra kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = = Proporsi a peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = = Proporsi a peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Contoh Perhitungan daya pembeda soal nomor 1 siklus I:
D =
=
= 0,95 - 0,45
= 0,500 (Sedang)
Dengan perhitungan seperti contoh di atas,maka daya pembeda semua soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 10 untuk siklus I dan lampiran 11.
Berdasarkan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda maka instrumen penelitian berupa tes uraian / uji kompetensi digunakan pada nomor soal 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan 20.
b. Siklus II
Setelah mengujikan soal-soal siklus I selanjutnya soa-soal pada siklus II di uji agar instrumen siklus II memiliki syarat-syarat alat ukur hasil belajar yang baik, maka harus memenuhi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang baik.
1). Validitas
Validitas soal dapat tercapai apabila terdapat kesejajaran antara skor butir soal uji coba tersebut dengan skor total. Untuk mengetahui valid tidaknya soal uji coba ini, digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
rXY =
Contoh perhitungan validitas soal nomor 1
N = 40 Y = 495
X = 26 Y2 = 7311
X2 = 26 XY = 349
(X)2 = 495 (Y)2 = 265225
Data ini dihitung dengan rumus product moment sebagai berikut :
rXY =
=
=
=
=
=
= 0,7899
Dari perhitungan diperoleh rXY = 0,7899 setelah dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5% dan n = 40, maka
rtabel = 0,312. Karena rhitung > rtabel maka instrumen tersebut valid.
. Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir soal, maka didapatkan soal no: 1, 2,3, 4,5, 7, 9, 10,11, 13, 14, 15, 16, 17, 19 dan 20 adalah valid dan soal no 6, 8, 12 dan 16 adalah tidak valid. Analisis validitas butir soal dapat lampiran 6 untuk Siklus II.
2). Reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang “tetap”, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek, kemudian diberikan lagi pada subjek yang sama dilain waktu hasilnya relatif sama atau tetap.
Untuk mancari reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus, yaitu:
r11= dengan
Kriteria penafsiran reliabelitas :
Jika 0,000 ≤ r11 < 0,200 : reliabilitas sangat rendah
Jika 0,200 ≤ r11 < 0,400 : reliabilitas rendah
Jika 0,400 ≤ r11 < 0,600 : reliabilitas cukup
Jika 0,600 ≤ r11 < 0,800 : reliabilitas tinggi
Jika 0,800 ≤ r11 < 1,000 : reliabilias sangat tinggi
(Arikunto,2002:75)
Perhitungan reliabilitas dengan rumus KR – 20 sebagai berikut :
N = 40
Y = 495
Y2 = 6831
pq = 4,531
S2 =
=
= 18,086
Data di atas dihitung dengan rumus K – R.20 sebagai berikut :
r11 =
=
= 0,790 (Reliabel)
Dari perhitungan diperoleh r11 = 0,790 setelah dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5% dan n = 40 maka didapat
rtabel = 0,312. Karena rhitung > rtabel maka instrumen tersebut reliabel.
Dari analisis reliabilitas pada lampiran 6 diperoleh r11 dikonsultasikan dengan kriteria reliabilitas sola tes, karena harga r11 tersebut terletak pada selang 0,600 ≤ r11 < 0,800 atau 0,600 ≤ 0,790 < 0,800 maka tingkat reliabilitas termasuk kategori tinggi. Analisis reliabilitas dapat dilihat pada lampiran ????.
3). Tingkat Kesukaran
Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Contoh perhitungan tingkat kesukaran butir soal nomor 1 Siklus II adalah sebagai berikut :
P =
=
= 0,65
Hasil P = 0.65 dikonsultasikan dengan kriteria yang ada, karena P terletak diantara 0.30< 0,65 ≤ 0.70 maka soal nomor 1 Siklus II termasuk soal dengan tingkat kesukaran sedang
Dengan cara perhitungan yang sama seperti contoh di atas,maka dapat dikategorikan soal mudah adalah nomor 10 dan 12 dan soal yang dikategorikan soal sedang adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,13,15 16 , 18, 19,dan 20. dan soal yang dikategorikan sulit adalah no 14 saja. Analisis tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada lampiran ?? untuk Siklus II.
4). Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik apabila siswa yang pandai dapat menjawab dengan benar, sehingga dengan semakin besar daya pembeda soal, maka soal tersebut semakin baik, digunakan rumus :
D =
Dimana:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya pesetra kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = = Proporsi a peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = = Proporsi a peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Contoh Perhitungan daya pembeda soal nomor 1 siklus II:
D =
=
= 0,95 - 0,45
= 0,30 (Cukup)
Dengan perhitungan seperti contoh di atas,maka daya pembeda semua soal uji coba dapat dilihat lampiran 6
Berdasarkan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda maka instrumen penelitian berupa tes uraian / uji kompetensi digunakan adalah soal dengan nomor 1, 2, 3, 4,5, 7, 9, 10,11, 13, 14, 15, 16, 17, 19 dan 20.
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 27 Januari – 8 Mei 2010 di kelas VIII-A SMP Islam sudirman ambarawa Tahun Pelajaran 2009/2010. Setelah persiapan dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksaaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Adapun tahapan tiap siklus adalah sebagai berikut :
1. Siklus I
Pembelajaran dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 27 april 2010 pukul 09.30-10.45 WIB membahas tentang sifat-sifat kubus dan balok serta menghitung volume dan luasnya. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2010 pukul 07.00-08.30 WIB mendalami tentang menghitung maetri kubus dan balok. Kemudian dilaksanakan tes akhir Siklus I yang berisi 15 soal pilihan ganda yang telah memenuhi syarat tes pada hari jumat tanggal 28 2010 pukul 07.30-09.00 WIB.
Pertemuan pertama dan kedua dijelaskan dalam Siklus I secara keseluruhan berikut ini :
a) Perencanaan
(1) Identifikasi masalah dan rumusan masalah. Dalam penelitian ini peneliti memilih materi bangun ruang yaitu kubus .
(2) Guru dan peneliti kolaboratif merencanakan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dengan Realistic Mathematic Education (RME) pada materi yang akan diajarkan yaitu bangun ruang kubus dengan membuat rencana pembelajaran. (lampiran 15)
(3) Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan kerangka rancangan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
(4) Menyusun lembar diskusi untuk siswa. Lembar diskusi yang diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan masalah pada materi bangun ruang kubus. (lampiran 16 )
(5) Membentuk kelompok – kelompok dengan tiap kelompok merupakan kelompok yang heterogen. Sehingga dalam kelompok terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, rendah, selain itu juga tidak memperhitungkan jenis kelamin(lampiran 17)
(6) Mempersiapkan atau membuat soal tes dengan evaluasi yang diberikan untuk siswa pada akhir siklus.(lampiran 13)
b) Pelaksanaan tindakan.
(1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik (Present goals and set)
(2) Mempresentasikan informasi kepada pesrta didik secara verbal dan memberikan permasalahan yang kontekstual terhadap siswa (Present Information) yang selanjutnya digunakan sebagai starting point pembelajaran
(3) Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar yang heterogen (Organize student into learning terms)
(4) Menberikan permasalahan yang telah disusun kedalam lembar diskusi yang mengarahkan kepada tujuan matematika formal.
(5) Mengarahkan kelas,kelompok, maupun individu untuk menciptakan free production dan mengiterprestasikan problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai metode peynelesaian. (Assist team work and study)
(6) Memotifasi antar siswa, maupun kelompok untuk saling interaksi dan interaktif.
(7) Mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok, menampilkanya di depan kelas.
(8) Pemberian penghargaan atau penguatan (reinforcement)
(9) Membimbing,mengarahkan, dan bersama-sama menarik kesimpulan ke dalam matematika formal. Guru memberikan penekanan pada informasi penting dan menambah informasi lain yang terkait.
(10) Guru memberikan soal yang berhubungan dengan sub materi kubus dan balok sebagai post test siklus 1
c) Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan rincian sebagai berikut :
Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam kelompok, kemudian menganalisa sesuai lampiran 17 diperoleh bahwa :
Berdasarkan analisis observasi keaktifan siswa pada Siklus I (lampiran 17) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) diperoleh :
Siklus Jumlah Skor Prosentase Kategori
I 353 73,54 % Sedang
Dari tabel tersebut hasil keaktifan siswa dalam proses pembelajaran mencapai prosentase 73,54 % yang dikategorikan keaktifan siswa sedang.
Berdasarkan analisis observasi kinerja gurupada Siklus I (lampiran 19) diperoleh :
Siklus Jumlah Skor Prosentase Kategori
I 51 59,75 % Baik
Dari tabel tersebut hasil pengamatan terhadap kinerja gurudalam proses pembelajaran dengan menggunakan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) mencapai prosentase 59,75 % yang dikategorikan baik.
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada Siklus I (lampiran 20) dalam proses pembelajaran dengan mmenggunakan metode JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) diperoleh :
Keterangan Siklus I
Jumlah siswa Prosentase
Kemampuan kognitifpada ketrampilan untelektual siswa dengan ketuntasan belajar (nilai < 6,1)
Kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah dan ketuntasan belajar (nilai ≥ 6,1)
17
23
42,5 %
57,5 %
Dari analisis hasil belajar di atas, siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 17 orang dengan prosentase 42,5 %. Sedangkan siswa yang tuntas belajar mencapai 23 orang dengan prosentase 57,5 %. Nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 61,5.
2). Peneliti mengamati kinerja gurudalam pembelajaran, kemudian menganalisa sesuai lampiran 13.a diperoleh bahwa kinerja guru pada proses pembelajaran Siklus I dengan prosentase 62.5% sehingga pada Siklus I kinerja gurudikategorikan sedang.
4). Refleksi
Setelah mengadakan pengamatan atas tindakan di kelas selanjutnya diadakan refleksi terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan. Hasil refleksi Siklus I antara lain :
1). Pengamatan keaktifan siswa
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dikategorikan sedang karena berdasarkan analisis Siklus I diperoleh bahwa keaktifan siswa mencapai 73,54%. Hal ini dikarenakan guru kurang memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki tindakan yang akan dilakukan pada Siklus II yaitu memotivasi siswa agar lebih berani bertanya dan berpendapat.
2). Pengamatan keaktifan guru
Kinerja gurudalam pembelajaran dikategorikan sedang karena berdasarkan analisis Siklus I diperoleh bahwa kinerja gurumencapai 62,5% . Dalam penyampaian materi dengan menggunakan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) masih tergolong cukup. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki tindakan yang akan dilakukan pada Siklus II yaitu meningkatkan kembali penguasaan dalam penyampaian materi dengan menggunakan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME).
3) Dari hasil pengamatan tes akhir Siklus I (lampiran 20) terdapat 23 siswa yang tuntas belajar dan 17 siswa yang belum tuntas belajar. Jadi siswa yang tuntas belajar secara klasikal adalah 57,5 % dengan rata-rata nilai 61,5.
Secara garis besar, pelaksanaan pada Siklus I kurang berhasil. Hal ini disebabkan dari hasil pengamatan tentang keaktifan siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok masih dikategorikan sedang, padahal setelah penerapan model pembelajaran JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) ini diharapkan keaktifan siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok meningkat semakin tinggi. Selain itu, dari hasil tes akhir siklus I skor yang dicapai hanya mencapai 57,5% sedangkan hasil yang diharapkan yaitu > 61% seseuai dengan KKM. Hal inilah yang menyebabkan kegagalan dalam siklus I, sehingga perlu diadakan siklus II.
2. Siklus II
Pembelajaran dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Petemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 mei 2010 pukul 09.15-10.45 WIB membahas tentang Menghitung luas dan volum balok Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2010 pukul 07.00-08.30 WIB membahas tentang menghitung luas dan volum balok. Selanjutnya dilaksanakan tes akhir Siklus II yang berisi 15 soal pilihan ganda pada hari jumat tanggal 7 mei 2010 jam 7.30-09.00 WIB.
Pertemuan pertama dan kedua dijelaskan dalam Siklus II secara keseluruhan berikut ini :
a) Perencanaan
(1) Identifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I.
(2) Merencanakan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
(3) Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan kerangka rancangan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
(4) Menyusun lembar diskusi untuk siswa. Lembar diskusi yang diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan masalah pada materi bangun ruang balok. Lampiran 21
(5) Membentuk kelompok – kelompok seperti siklus I.
(6) Mempersiapkan atau membuat soal untuk evaluasi (lampiran 14).
(7) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan.
b) Pelaksanaan tindakan
Guru memberi tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui tahap – tahap berikut:
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik (Present goals and set)
b. Mempresentasikan informasi kepada pesrta didik secara verbal dan memberikan permasalahan yang kontekstual terhadap siswa (Present Information) yang selanjutnya digunakan sebagai starting point pembelajaran
c. Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar yang heterogen (Organize student into learning terms) lampiran
d. Menberikan permasalahan yang telah disusun kedalam lembar diskusi yang mengarahkan kepada tujuan matematika formal.
e. Mengarahkan kelas,kelompok, maupun individu untuk menciptakan free productin dan mengiterprestasikan problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai metode peynelesaian. (Assist team work and study)
f. Memotifasi antar siswa, maupun kelompok untuk saling interaksi dan interaktif.
g. Mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok, menampilkanya di depan kelas.
h. Pemberian penghargaan atau penguatan (reinforcement)
i. Membimbing,mengarahkan, dan bersama-sama menarik kesimpulan ke dalam matematika formal. Guru memberikan penekanan pada informasi penting dan menambah informasi lain yang terkait.
j. Guru memberikan soal (post test) yang berhubungan dengan sub materi kubus dan balok.
c) Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan rincian sebagai berikut :
Berdasarkan analisis observasi keaktifan siswa pada Siklus II (lampiran 18) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) diperoleh :
Siklus Jumlah Skor Prosentase Kategori
II 378 78,75% Tinggi
Dari tabel tersebut hasil keaktifan siswa dalam proses pembelajaran mencapai prosentase 78,75% yang dikategorikan keaktifan siswa tinggi.
Berdasarkan analisis observasi kinerja gurupada Siklus II (lampiran 13.b) diperoleh :
Siklus Jumlah Skor Prosentase Kategori
II 48 75 % Baik
Dari tabel tersebut hasil pengamatan terhadap kinerja gurudalam proses pembelajaran dengan menggunakan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) mencapai prosentase 75 % yang dikategorikan baik.
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada Siklus II (lampiran 23) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) diperoleh :
Keterangan Siklus II
Jumlah siswa Prosentase
Kemampuan kognitif pada ketrampilan intelektual dan ketuntasan belajar (nilai < 6,1)
Kemampuan kognitif pada ketrampilan intelektual dan ketuntasan belajar (nilai > 6,0)
13
27
32,5 %
67,5 %
Dari analisis hasil belajar di atas, siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 13 orang dengan prosentase 32,5 %. Sedangkan siswa yang tuntas belajar mencapai 27 orang dengan prosentase 67,5 %. Nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 64,833.
d) Refleksi
Setelah mengadakan pengamatan atas tindakan di kelas selanjutnya diadakan refleksi terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan. Hasil refleksi Siklus II antara lain :
1). Pengamatan keaktifan siswa
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dikategorikan tinggi karena berdasarkan analisis Siklus II diperoleh bahwa keaktifan siswa mencapai 75% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peningkatan ini disebabkan karena kemampuan guru dalam memotivasi siswa sudah baik. Selain itu, siswa mulai terbiasa pembelajaran dengan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME).
2). Pengamatan kerjasama siswa dalam kelompok
Kerjasama siswa dalam kelompok pada pembelajaran dikategorikan tinggi karena berdasarkan analisis Siklus II diperoleh bahwa kerjasama siswa mencapai 78,33% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peningkatan ini disebabkan karena kemampuan guru dalam memotivasi siswa sudah baik. Selain itu, siswa mulai terbiasa pembelajaran dengan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME).
3). Pengamatan kinerja guru
Kinerja guru dalam pembelajaran dikategorikan baik karena berdasarkan analisis Siklus II diperoleh bahwa kinerja gurumencapai 75% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan dalam penyampaian materi dengan menggunakan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) sudah baik.
4). Dari hasil pengamatan tes akhir Siklus II (lampiran 23) terdapat 27 siswa yang tuntas belajar dan 13 siswa yang belum tuntas belajar. Jadi siswa yang tuntas belajar secara klasikal adalah 67,5% dengan rata-rata nilai 64,833.
Secara garis besar, pelaksanaan pada Siklus II sudah berhasil, yaitu hasil dari pengamatan siswa telah mencapai kategori baik, yaitu kategori keaktifan tinggi yang mencapai 78,75% dan kerjasama siswa tinggi mencapai 78,33% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Di samping itu, dilihat dari hasil akhir tes siklus II ketuntasan klasikal mencapai 67,5% dengan nilai rata-rata 64,833, sehingga siklus II sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan diawal dan pembelajaran tidak perlu diulang.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dari Siklus I dan Siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) dapat meningkatkan keaktifan dan berpenggaruh pada ketampilan intelektual tiap siswa. Hal ini dapat ditunjukan dari keaktifan dan kerjasama siswa proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
Keaktifan siswa pada siklus I dikategorikan sedang yaitu 73,54 meningkat di siklus II yang dikategorikan tinggi yaitu 78,75. Kinerja guru pada Siklus I dikategorikan sedang karena kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat masih dalam kategori sedang sehingga prosentase kinerja guru hanya mencapai 62,5 %. Sedangkan pada Siklus II kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat sudah baik dengan prosentase 75 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh kinerja gurusudah memenuhi indikator keberhasilan.
Dari hasil tes evaluasi Siklus I dengan nilai rata-rata siswa secara klasikal mencapai 61 dengan ketuntasan belajar 57,5 % sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sedangkan dari hasil tes evaluasi Siklus II diketahui siswa yang belum tuntas belajar ada 13 siswa dengan prosentase 32,5 % dan yang tuntas belajar ada 27 siswa dengan prosentase 67,5 % dengan nilai rata-rata kelas mencapai 64,833. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan koginif siswa pada ketrampilan intelektualnya memenuhi indikator keberhasilan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Sudjana dalam bukunya “Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar” belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Sudjana, 1995: 28)
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran matematika dengan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) pada sub pokok bahasan kubus dan balok dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII-A SMP Islam Sudirman Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan prosentase keaktifan siswa yang semula di siklus I yaitu 73,54% yang merupakan kategori sedang menjadi di siklus II yang merupakan kategori tinggi yaitu 78,75%.
2. Pembelajaran matematika dengan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) pada sub pokok bahasan kubus dan balok dapat meningkatkan kinerja guru kelas VIII-A SMP Islam Ambarawa Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan prosentase kinerja guruyang semula di siklus I yaitu 62,5 % yang merupakan kategori sedang menjadi 75 % yang merupakan kategori tinggi di siklus II.
3. Pembelajaran matematika dengan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) dapat meningkatkan ketrampilan memecahkan masalah kubus dan balok pada siswa kelas VIII-B SMP Islam Sudirman Ambarawa Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar atau yang mendapat nilai ≥ 61 sebanyak 23 siswa dengan skor rata-rata 57,5% sedangkan siswa yang < 61 sebanyak 17 siswa dengan skor rata-rata 42,5%. Dan pada siklus II nilai siswa yang mendapat > 61 sebanyak 27 siswa dengan skor rata-rata 67,5% sedangkan yang mendapat nilai < 61 hanya 13 siswa dengan skor rata-rata 32,5%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Guru sebaiknya dalam pembelajaran matematika menerangkan bahasan Kubus dan balok dengan menerapkan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dalam penerapan pembelajaran dengan model JIGSAW dengan pendekatan realistic mathematic education (RME) siswa harus didorong untuk memperkaya pengalaman langsung melalui unjuk kerja atau praktek.
terimaasih infonya.saya selalu mnto alo bab 4 ketia buat ptk.sebagai refernsi utk menyelesaikan perbaikan ptk saya.
BalasHapus